Pengertian Rima, Jenis-Jenis dan Contohnya

Pengertian Rima

Pemahaman mengenai pengertian rima sering kali dibutuhkan oleh berbagai kalangan pelajar. Entah itu, pelajar tingkat dasar, menengah, atau bahkan perguruan tinggi.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, rima menjadi salah satu pembahasan terpenting. Pasalnya, rima berkaitan erat dengan musikalitas sebuah puisi.

Di mana pengulangan bunyi atau rima dalam puisi, menjadikannya terasa semakin indah dan berkelas. Tidak hanya itu saja, adanya rima dalam puisi turut serta menghadirkan perasaan mendalam serta mendukung suasana.

Peran besar rima dalam membangun puisi, dapat dilihat dari berbagai karya-karya sastra lama. Puisi lama seperti pantun, syair, hingga gurindam terdapat pengulangan bunyi yang memberikan kesan berseni.

Pengertian Rima 

Rima yaitu adanya pengulangan atau kesamaan bunyi yang menjadi salah satu unsur pembangun puisi. Adapun pengulangan bunyi tersebut bisa berselang dalam larik sajak ataupun akhir sajak. Sedangkan pengertian irama berbeda dengan rima.

Pada umumnya, pengulangan bunyi ini dapat dengan mudah ditemukan di setiap akhir baris atau larik puisi. Hal tersebutlah yang menjadikan puisi terasa lebih harmonis dan semakin indah.

Terlebih lagi apabila pengulangan bunyi tersebut selaras dengan makna dari diksi sebelumnya.  Puisi akan lebih memiliki kesan yang mendalam serta efek magis.

Puisi berima ini, dapat pula dibacakan dengan berbagai nada suara, panjang-pendek, ataupun tekanannya. Bergantung dengan pesan yang ingin disampaikan pada puisi tersebut.

Menurut fungsinya, rima menjadi pola yang sering ditemukan dalam karya puisi lama. Adapun bentuk-bentuk rima yang membuat berpola yaitu, rima sejajar berupa    a/a/a/a dan rima silang seperti a/b/a/b.

Tidak lupa pula ada rima kembar yang terdiri atas a/a/b/b, serta rima berpeluk yang berpola a/b/b/a. Keempat bentuk rima itulah yang sering dijumpai di berbagai karya puisi di Indonesia.

Pengulangan bunyi yang membuat pola pada akhir kalimat, menjadikan puisi tersebut memiliki sisi keindahan yang dinamis. Dengan adanya rima, dampak yang diberikan puisi akan terasa lebih mendalam.

8 Jenis Rima Berdasarkan Bunyinya

Setelah mengetahui pengertian rima, tahap selanjutnya yaitu memahami jenis-jenis rima puisi berdasarkan pengulangan bunyi. Dengan mengetahui jenis-jenis rima, pembaca dapat membedakan pola yang ada.

Adapun jenis rima berdasarkan bunyi ini cukup banyak ditemukan di berbagai karya lama. Berikut adalah jenis-jenis rima sesuai dengan pengulangan bunyi, sekaligus contohnya.

1. Rima Sempurna

Jenis pengulangan bunyi yang pertama yaitu rima sempurna. Pada jenis pengulangan bunyi ini, terdapat suku kata terakhir pada baris pertama dan ketiga memiliki rima yang sama.

Begitu juga bunyi suku kata terakhir di larik kedua dan keempat yang sama. Hal ini dapat mudah dijumpai pada berbagai puisi lama contohnya pantun.

Adapun bentuk akhiran bunyi pada puisi tersebut, dapat berupa bunyi ‘ah’ dan ‘ti’, ‘dang’ dan ‘di’, ‘ma’ dan ‘ti’. Contoh akhiran bunyi pada karya puisi lama tersebutlah yang dapat dikatakan jenis rima sempurna.

2. Rima Tidak Sempurna

Berbeda dengan rima sempurna yang memiliki keselarasan bunyi antar lariknya. Rima tidak sempurna hanya terdapat sebagian pengulangan bunyi saja.

Hal ini dapat diketahui dari sebagian kesamaan bunyi antar bait puisi. Di mana pada pengucapan bunyi suku kata tersebut, tidak sepenuhnya memiliki kesamaan bunyi. Contoh akhiran bunyi rima tersebut yaitu but/ra/kut/ja.

Di mana dari keempat akhiran suku kata tersebut, bunyi ‘but’ dan ‘kut’ saja yang memiliki perbedaan bunyi. Bunyi akhiran ‘ra’ dan ‘ja’ juga tidak sepenuhnya memiliki kesamaan pengucapan,

3. Rima Mutlak

Masih dengan kesamaan bunyi akhir suku kata pada puisi, rima mutlak ini memiliki ciri yang sangat menonjol. Adapun ciri yang menonjol pada jenis rima ini yaitu terdapat kesamaan kata di dua lariknya.

Apabila dalam sebuah puisi memiliki akhiran suku kata yang sama, misal a/a/a/a. Dari keempat akhiran suku kata tersebut, terdapat dua kata akhir yang sama. Contohnya seperti kesamaan kata ‘jua’ di pantun berikut.

  • Engkau datang jua.
  • Harapan dari masa depan.
  • Terang gelap jua.
  • Hatiku singgah di pelataran.

4. Rima Terbuka

Persamaan bunyi pada jenis rima ini dapat diketahui di akhir kata yang memiliki akhiran bunyi vokal. Adapun contoh rima pada akhiran kata sebuah puisi yaitu seperti kata ‘buka’ dan ‘luka’.

Bisa juga dengan kata ‘hati’ dan ‘padi’ atau ‘pilu’ dan ‘palu’. Dari contoh akhiran tersebut, dapat dikatakan bahwa rima terbuka bisa diketahui dari bunyi kata terakhir di setiap lariknya.

5. Rima Tertutup

Apabila pengertian rima terbuka yaitu pengulangan bunyi yang memiliki akhiran suku bunyi vokal. Rima tertutup ini adalah kebalikannya, persamaan bunyi dapat di ketahui dari akhiran konsonan.

Contoh rima tertutup yang memiliki akhiran konsonan yaitu ‘hidup’ dan ‘redup’,  ‘sedih’ dan ‘perih’, atau ‘terang’ dan ‘larang’. Dari contoh kata tersebut, huruf vokal yang terapit oleh huruf konsonan, menghasilkan pola rima tertutup.

6. Rima Aliterasi

Jika pembahasan sebelumnya mengenai rima di akhir kata, rima aliterasi memiliki pola bunyi pada awalan atau tengah di setiap katanya. Kesamaan bunyi ini dapat berada di satu lariknya. Bisa juga di beberapa larik berbeda.

Jenis rima ini tidak hanya dapat di jumpai pada puisi lama saja. Puisi baru juga sering di temukan adanya rima aliterasi ini. Adapun contoh rima aliterasi dalam sebuah larik puisi yaitu

  • Canda ceria cantikmu.
  • Cawan cahaya hidupku.

Pada contoh di atas, terdapat kesamaan bunyi dari kata yang berawalan huruf konsonan ‘c’ yaitu canda, ceria, cantik, cawan, serta cahaya. Bunyi ‘ca’, ‘ce’, dan ‘ca’ pada larik pertama dapat dikatakan sebagai rima aliterasi.

Begitu juga dengan persamaan bunyi pada larik berikutnya, yaitu ‘ca’ untuk cawan dan ‘ca’ untuk cahaya. Perlu di ketahui pula, kesamaan bunyi pada rima aliterasi ini dapat berada di tengah kata.

  • Rinai hujan menawan perlahan.

Dari contoh tersebut, rima aliterasi dapat di temukan dari penggalan puisi karena memiliki kesamaan bunyi ‘n’. Adapun bunyi ‘n’ itu berasal dari ‘rinai’. ‘hujan’, ‘menawan’, dan ‘perlahan’.

7. Rima Asonansi

Jenis pengulangan bunyi ini berasal dari sebuah rangka kata bunyi vokal. Rima asonansi ini dapat berada di satu larik yang sama ataupun larik berbeda. Adapun contoh pengulangan bunyi asonansi pada puisi adalah sebagai berikut.

  • Seterang benderang mentari.
  • Segelap gemerlap nuansa kota.

Dari contoh pengertian rima asonansi di atas, dapat diketahui kesamaan bunyi e/e/a pada kata seterang dan benderang. Di mana hal tersebut menjadikannya sebuah rangka rima.

Terdapat pula rima asonansi yang sama pada kata segelap dan gemerlap. Di mana kedua kata tersebut memiliki rangka bunyi vokal yang sama yaitu e/e/a.

8. Rima Disonansi

Jenis rima yang terakhir yaitu pengulangan bunyi disonansi. Adapun pengertian dari jenis rima disonansi ini adalah kesamaan bunyi vokal yang membentuk rangka berbeda. Namun, rangka kata yang sama tersebut memberikan kesan bunyi berlawanan.

  • Mondar-mandir.
  • Bolang-baling.

Dari contoh tersebut terdapat kesamaan bunyi sekaligus perbedaan bunyi. Kesamaan bunyi pada kata ‘mondar-mandir’ dan ‘bolang-baling’ yaitu ‘o-a’ dan ‘a-i’.

Dari pemaparan mengenai pengertian, jenis-jenis berdasarkan bunyi, serta contoh rima puisi. Dapat disimpulkan secara singkat bahwa, rima berperan besar dalam memberikan efek musikal puisi.

Dengan adanya pengulangan bunyi, puisi akan memberikan dampak lantunan yang berseni dan berkelas. Selain itu, kesamaan bunyi dapat mendorong adanya kenangan tersendiri bagi penikmatnya.

Penjelasan mengenai delapan jenis rima berdasarkan bunyinya di atas, tentunya sudah cukup memberikan sedikit gambaran. Di mana setiap jenisnya memiliki ciri khas dan kesan yang berbeda.

Bagi pelajar, pembahasan mengenai puisi dalam pelajaran Bahasa Indonesia sangatlah penting. Oleh karena itu, ada baiknya untuk memahami pengertian rima beserta jenis dan contohnya di atas. Semoga membantu!