Terdapat banyak teori belajar yang digunakan dalam beberapa lembaga pendidikan atau sekolah di dalam maupun luar negeri. Namun, teori yang sangat populer adalah teori belajar behavioristik. Bahkan sampai sekarang pun masih banyak sekolah yang menerapkan teori belajar yang satu ini.
Berbeda dengan Teori Belajar Konstruktivisme, teori belajar behavioristik menjadi model pembelajaran yang paling tua sepanjang sejarah. Selain itu, model pembelajaran menggunakan teori ini juga masih banyak ditemui di beberapa sekolah terkemuka. Lalu, seperti apakah teori ini? Apa kelebihan dan kekurangannya? Langsung saja simak ulasannya berikut:
Apa Itu Teori Belajar Behavioristik?
Bagi yang belum tahu, teori belajar behavioristik ialah metode pembelajaran yang memiliki fokus pada tingkah laku manusia yang dipengaruhi stimulus. Meskipun termasuk metode pembelajaran yang paling tua dalam sejarah, tetapi teori ini masih banyak diimplementasikan di beberapa lembaga pendidikan terkemuka.
Teori belajar behavioristik, menjelaskan bahwa belajar adalah suatu bentuk perubahan dalam diri seorang siswa dalam bertingkah laku. Dimana tingkah laku ini dinilai sebagai hasil dari interaksi antara 2 hal, yaitu stimulus dan respon. Stimulus adalah input dan responnya adalah output.
Pengertian Teori Belajar Behavioristik Menurut Para Ahli
Dalam setiap teori pembelajaran, tentu terdapat beberapa pengertian yang sedikit berbeda dari yang dipaparkan oleh beberapa para ahli. Meskipun demikian, pada dasarnya memiliki inti pengertian yang hampir sama antara pengertian yang satu dengan yang lainnya, untuk itu, berikut penjelasannya:.
1. Menurut Thorndike
Thorndike menyebutkan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi yang terjadi antara 2 variabel yaitu stimulus dan respon. Dimana stimulus adalah hal yang berasal dari luar yang bisa merangsang, baik pikiran maupun perasaan saat siswa melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan respon sendiri merupakan reaksi yang terjadi yang dialami oleh siswa ketika sedang melakukan kegiatan belajar. Dimana respon ini bisa berupa tindakan, perasaan atau pikiran. Sehingga menurut Thorndike, perubahan tingkah laku saat belajar memiliki sifat yang kongkrit.
2. Menurut Clark Leonard Hull
Dalam mendefinisikan teori belajar yang berhubungan dengan tingkah laku ini, Clark Leonard Hull juga memakai variabel antara stimulus dan respon. Tokoh behaviorisme yang satu ini, menjelaskan bahwa pengertian tentang belajar berkaitan erat dengan teori evolusi.
Menurutnya, sama halnya dengan evolusi, tingkah laku yang merupakan kebutuhan biologis juga berfungsi untuk keberlangsungan hidup. Sehingga, Clark Leonard Hull menyatakan stimulus berkaitan dengan kebutuhan biologis meskipun menghasilkan respon yang beragam berdasarkan masing – masing siswa.
3. Menurut Burrhus Frederic Skinner
Burrhus Frederic Skinner adalah seorang tokoh behavioristik yang cukup populer. Pasalnya, setiap konsep – konsep tentang belajar yang dikemukakannya selalu berhasil mengungguli konsep yang dikemukakan oleh para ahli lainnya. Skinner mampu mendefinisikan konsep belajar dengan cukup sederhana.
Sama seperti tokoh – tokoh sebelumnya, Burrhus Frederic Skinner juga menggunakan variabel stimulus dan respon dalam mendefinisikan teori belajar. Menurutnya, stimulus yang diberikan kepada siswa akan menyebabkan interaksi dengan stimulus lainnya dan mempengaruhi bentuk respon yang didapatkan oleh siswa.
Hukum Behaviorisme
Teori belajar behavioristik atau behaviorisme memiliki 4 jenis hukum, mulai dari hukum sikap, hukum kesiapan, hukum latihan hingga hukum efek. Berikut penjelasan lengkap mengenai 4 hukum dari teori behaviorisme tersebut menurut Hergenhahn dan Matthew yang harus kita ketahui:
- Hukum Sikap. Hukum ini sangat berkaitan dengan perubahan sikap yang seorang siswa alami setelah adanya proses pembelajaran. Di mana hal ini mendapat pengaruh dari beberapa hal selama berlangsungnya kegiatan belajar.
- Hukum Kesiapan. Hukum ini memiliki artian bahwa kesiapan sangat penting di dalam setiap proses belajar. Pasalnya, baik kesiapan dari siwa maupun tenaga pengajar akan berpengaruh terhadap hasil akhir pembelajaran yang kita harapkan.
- Hukum Latihan. Semakin banyak siswa melakukan latihan secara rutin, maka peluangnya untuk mendapatkan hasil yang maksimal pun akan semakin besar. Ini berarti kegiatan belajar bisa berhasil apabila siswa selalu membiasakan melakukan latihan secara berkelanjutan dalam setiap proses belajar.
- Hukum Efek. Hukum ini memiliki arti bahwa efek yang timbul atau siswa rasakan akan menjadi motivasi untuk terus belajar. Seperti ketika berhasil mencapai sesuatu maka mendapat hadiah. Biasanya efeknya berupa perasaan bahagia atau senang karena berhasil menyelesaikan target belajar.
Kelebihan dan Kekurangan
Setiap hal di dunia ini selalu memiliki 2 sisi yang berkebalikan, termasuk pada teori behaviorisme. Di mana teorinya juga memiliki 2 sisi, yaitu kelebihan dan kekurangan. Kelebihan behaviorisme terletak pada kebiasaan dalam melakukan latihan dan praktik dalam pembelajarannya.
Behaviorisme juga sangat mendorong siswa dalam berpikir secara linier dan konvergen. Selain itu, juga memberikan akses yang cukup mudah bagi para siswa dalam mencapai target belajar yang telah kita buat sebelumnya.
Sedangkan kekurangan dari behaviorisme ini yaitu dapat membatasi kreativitas dan produktivitas dari para siswa. Teori ini juga dapat menimbulkan kesulitan dalam menjelaskan bagaimana kondisi pembelajaran secara kompleks. Hal ini karena hanya mengacu pada 2 variabel antara stimulus dan respon.
Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam Pandangan Thorndike
Thorndike merupakan tokoh behaviorisme yang juga seorang psikolog ternama di Amerika Serikat. Menurut Thorndike, pembelajaran berdasar pada asosiasi dari panca indera dengan impuls untuk melakukan tindakan. Thorndike mengemukakan implementasi behaviorisme sebagai berikut:
1. Trial and Error
Thorndike menyatakan bahwa proses pembelajaran itu terjadi melalui serangkaian dari eksperimen trial and error. Thorndike sendiri sering melakukan eksperimen, termasuk pada hewan. Di mana setelah ia amati, Thorndike mendapatkan kesimpulan bahwa belajar berhubungan erat dengan stimulus dan respon.
Sehingga, setiap output dari respon yang benar selalu meliputi serangkaian proses coba – coba atau trial and error terlebih dahulu. Thorndike juga memiliki teori Instrumental Conditioning, di mana suatu respon akan terpilih ketika berhasil memperoleh hasil yang memuaskan.
2. Proses Pelaksanaan
Teori behaviorisme berkaitan erat dengan pembelajaran dengan implementasi secara inkuiri. Seperti ketika guru memperlihatkan beberapa gambar tidak beraturan kepada siswa dan siswa akan menghubungkan gambar tersebut secara sistematis dalam benaknya. Berikut langkah melaksanakan teori behaviorisme secara inkuiri:
- Tahap Persiapan. Sesuai namanya, tahap ini kita lakukan dengan menyiapkan tempat belajar yang nyaman untuk siswa terlebih dahulu. Setelah itu, perlu menyiapkan tujuan apa saja yang ingin kita capai dalam setiap proses pembelajaran. Kemudian menyiapkan pula sarana dan prasarana penunjang pembelajaran yang lengkap.
- Tahap Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan bermula dari guru yang memperlihatkan gambar baik secara individu ataupun berkelompok. Selama proses belajar berlangsung, perhatikan minat, keaktifan dan kreativitas siswa dalam mengamati dan merespon gambar tersebut. Pasalnya, setiap siswa pasti akan memberikan respon yang tidak sama.
- Tahap Penilaian. Selama berlangsungnya proses pembelajaran, selain melakukan koreksi, guru juga patut melakukan penilaian terhadap siswa selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Mulai dari kerjasama dan keaktifan siswa selama kegiatan belajar hingga bagaimana hasil akhir yang siswa dapatkan setelah proses pembelajaran selesai.
Itu dia pembahasan lengkap mengenai mengenal teori belajar behavioristik lengkap hingga kelebihan dan kekurangannya serta implementasinya. Mungkin bagi para tenaga pendidik hal ini sudah sangat familiar. Namun, bagi orang lain teori semacam ini masih terdengar sangat asing.