SEPUR TRUTUK DI KECAMATAN PARE berakhir pada tahun 1975. Dulu di sebelah selatan Polres Kediri dan bekas bangunan Gedung Bioskop Sentral terdapat satu-satunya stasiun kereta yang menghubungkan Jalur Kediri dan Jombang, suasana pada waktu itu sangat ramai.
Para penumpang silih berganti naik turun stasiun dan disebelah selatannya lagi terdapat bangunan gerbong untuk menaruh Kepala Sepur Trutuk dan lori-lori yang biasanya digunakan untuk mengangkut tebu, beras dan gula. Selain itu disebelah kanannya lagi ada Loko putar dan disebelah kiri gerbong terdapat sumur tua.
Bila penunggu datang lebih awal, bisa jalan-jalan di perumahan PJKA yang terletak di sebelah selatan (sekarang kampung itu bernama kampung kong’an). Di sepanjang jalan perumahan itu banyak sekali ditumbuhi pohon-pohon flamboyan yang bunga-bunganya berwarna merah, tetapi kebanyakan orang-orang yang ada di kota Pare menyebutnya dengan nama “Pohon Ecek-Ecek”. Perumahan disitu struktur bangunannya khas made in Holland. Cuman sayang tidak ada Windmill-nya alias “kincir angin” nya. Naah… bila kita bertanya kepada penduduk setempat mengenai bentuk bangunan perumahan itu, biasanya akan selalu dijawab “Inggih..Loji puniko rumiyin bangunanipun“ Walanda (iya mas.. bangunan loji itu dulunya yg buat orang Belanda)”. Bangunan loji-loji itu sampai saat ini masih dihuni oleh orang-orang kampung Kong’an dan disitu sekarang berdiri sebuah studio music yang sering dibuat latihan Band-band-an bernama “Dens Studio”.
Dari stasiun biasanya kereta yang akan menuju Jombang bergerak ke Timur kurang lebih 200 m ada pos jaga dan terus melewati depan Koramil berlangsung melewati sekitar Ringin Budho dan dilanjutkan ke utara melewati Rumah Sakit HVA terus ke arah Jombang. “Jess…ejess…ejess…tuit…tuit…” begitu bunyinya Sepur Trutuk pada waktu itu.
Kurang lebih di akhir tahun 1975 stasiun kota Pare sudah berakhir, dan disekitar Perum PJKA sekarang dibangun Areal Pertokoan PJKA yang menghadap ke Utara, dan dibalik (belakang) areal pertokoan itu ada Pujasera (Pusat Jajan Serba Ada) dan Pasar Sore di waktu malam, sedangkan areal perkebunan depan loji-loji sekarang berubah menjadi bangunan perumahan dan diwaktu siang banyak pedagang burung dan barang-barang bekas.
Cerita Sepur Trutuk di Stasiun Pare Akhir 1975 ditulis oleh A.Arifin, Putra Pare