Berdasarkan pengertian coordinating (dikenal juga koordinasi) yang merupakan suatu fungsi manajemen, menjadi salah satu elemen penting keberhasilan. Dalam tujuannya, coordinating mampu memberikan peluang capaian tujuan dan fokus sebuah organisasi.
Bisa dikatakan tanpa adanya coordinating fokus dan tujuan yang sudah dicanangkan dapat berada diluar jalur. Coordinating harus dilakukan oleh seluruh anggota kelompok termasuk pimpinan.
Ritme dan keselarasan antara pimpinan dan anggota kelompok akan berpengaruh nyata terhadap koordinasi kedepannya. Dalam penerapannya, koordinasi tidak berdiri sendiri.
Dimana terisi oleh beberapa indikator, kebutuhan atau ketergantungan, dan jenis-jenis koordinasi. Bagi yang belum mengetahui dengan jelas tentang koordinasi termasuk definisi lainnya bisa melirik dalam ulasan berikut.
Pengertian Coordinating
Sebelum mengenal lebih lanjut mengenai coordinating ada baiknya mengetahui terlebih dahulu tentang definisi coordinating itu sendiri. Definisi pertama datang dari George Robert Terry yang secara singkat, upaya melaksanakan tujuan dengan keselarasan dan harmoni.
Kemudian definisi selanjutnya, menurut E.F.L. Brech mengemukakan koordinasi merupakan aktivitas yang menyeimbangkan dan menjaga tim. Dimana masing-masing anggota dalam tim memiliki tugas yang dikerjakan secara harmonis.
David H. McFarland turut memberikan pendapat, koordinasi menjadi sebuah proses antara pimpinan dan bawahan. Pimpinan sebagai pengembang usaha memberikan pola dan menjamin tindakan sejalan tujuan awal.
Lalu definisi koordinasi dari Sondang P. Siagian mengarah pada ketertarikan usaha bersama untuk mencapai tujuan tanpa menghilangkan keseragaman. Terakhir, menurut KBBI koordinasi berupa pengaturan kegiatan atau organisasi berjalan tanpa adanya benturan.
Melalui sejumlah pengertian yang dikemukakan oleh ahli, jelas bahwa coordinating atau koordinasi menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu organisasi. Tanpa keserasian dan keselarasan antara pimpinan dan anggota tim maka tujuan tidak dapat berjalan lancar.
Oleh sebab itu, baik pimpinan dan anggota tim permasalahan yang dapat mengganggu jalannya rencana harus bisa diatasi. Ambil tindakan-tindakan yang tidak merugikan pihak terkait dalam mencapai tujuan.
Apa saja Ketergantungan dalam Coordinating?
Setelah mengetahui beberapa pengertian coordinating maka ketergantungan apa yang kemudian membuat penting pantas untuk dikenali pula. Di bawah ini sudah dirangkumkan menurut Thomson tahun 1967 (dalam Krisnadi dkk. 2019):
- Pooled Interdependence. Ketergantungan pertama disebut dengan Pooled Interdepence yang tidak memerlukan semacam interaksi. Namun tergantung dengan pelaksanaan di satuan divisi yang mengarah pada hasil memuaskan.
- Sequential Interdependence. Sementara untuk ketergantungan yang satu ini memiliki semacam koneksi antara hasil dan pemasukan. Bisa dikatakan Sequential Interdependence cenderung lebih kompleks apabila dibandingkan dengan Pooled Interdependence.
- dan Reciprocal Interdependence. Ketergantungan yang terakhir menurut Thomson (1967) berupa hubungan timbal balik antara bagian satu dan lainnya. Lewat ketergantungan yang timbal balik biasanya muncul pemberian dan penerimaan dalam satuan organisasi.
Selain menurut Thomson (1967), Handoko (2016) menyampaikan ketergantungan dalam koordinasi tergantung pada kebutuhan komunikasi dan sifatnya. Pelaksanaan tugas bergantung pada berbagai macam satuannya dengan derajat koordinasi tinggi berdasarkan informasi antara satu bagian dengan lainnya.
Jenis-jenis dari Coordinating
Tidak terbatas akan pemahaman pengertian coordinating dan ketergantungan antara substansi (ketua tim dan anggota tim), jenis-jenis tak kalah penting. Terlebih pada untuk seorang ketua tim yang baru saja dipercaya mengemban amanah.
Jenis koordinasi terbagi atas dasar internal dan eksternal. Dimana koordinasi internal mencakup seluruh kerjasama substansi. Baik itu posisi pimpinan, divisi, eksekutif, dan anggota atau staf apabila organisme berupa unit usaha.
Kemudian koordinasi internal terbagi lagi menjadi dua, pertama vertikal (integrasi pimpinan dan bawahan) dan kedua horizontal (integrasi sesama anggota). Secara sederhana koordinasi internal dapat dilihat dari pimpinan sales dan anggotanya.
Sementara koordinasi horizontal bisa diperhatikan pada kepala departemen dengan rekan kerja, misalnya departemen keuangan dan departemen pemasaran. Masing-masing kepala departemen saling bekerjasama tidak boleh saling ego.
Lalu koordinasi eksternal yang umumnya terjadi antara organisasi atau unit usaha dengan publik (bukan dalam unit). Beberapa pihak eksternal yang dapat diamati berupa institusi yang membidangi finansial, pemasaran, mitra, dan pemerintahan.
Dalam melakukan koordinasi eksternal, seorang yang bekerja sebagai publik relasi diperlukan untuk menanganinya. Ini mengingat kemampuan dan keahlian dalam memahami segala macam bentuk hubungan publik yang terjadi.
Tujuan koordinasi eksternal sendiri sebagai media perbaikan seandainya terjadi kesalahpahaman antara publik eksternal. Bukan tidak mungkin karena kurangnya komunikasi, koordinasi menjadi gagal yang sampai “menyentuh” tahap pelaksanaan rencana.
Indikator Keberhasilan dalam Coordinating
Indikator koordinasi melengkapi pengertian coordinating yang sekaligus tahap pelaksanaannya. Sejumlah faktor dalam indikator koordinasi dapat melirik Hasibuan (2019) berikut:
1. Kesatuan Tindakan
Diawali dengan kesatuan tindakan yang pada hakikatnya didasari kesadaran masing-masing anggota organisasi maupun karyawan unit usaha. Dimana kesatuan tindakan mempengaruhi rasa menyesuaikan masing-masing diri demi terbentuknya keserasian.
Bagi pimpinan kesatuan tindakan sangat berperan untuk mengatur setiap pola antar anggota. Bisa dikatakan kesatuan menjadi inti dari koordinasi yang nantinya membawa pencapaian sesuai tujuan. Tanpa adanya kesatuan, memungkinkan tujuan gagal di pertengahan.
2. Komunikasi
Di samping kesatuan tindakan, komunikasi interpersonal bagaimana atau apa kiranya cara-cara mencapai keberhasilan. Tidak dipungkiri tanpa komunikasi yang baik dan tepat, tujuan dan sasaran tidak akan berjalan lancar.
Komunikasi sendiri telah tertanam dalam sendi-sendi kehidupan baik dalam keluarga, teman dekat, maupun bermasyarakat. Oleh karenanya, penerapan komunikasi yang dibarengi dengan rasa percaya dapat membuka peluang koordinasi yang selaras.
3. Pembagian Kerja
Koordinasi yang baik juga didukung oleh pembagian kerja sama rata. Maksudnya, pimpinan yang memiliki kuasa memberikan setiap pekerjaan sesuai dengan kadar. Untuk prinsip umumnya menggunakan Division of Labor.
Apabila pembagian kerja berupa kelompok kerja maka antara anggota tim harus saling melengkapi, tidak boleh berbenturan. Suatu proyek yang disarankan tujuan hanya akan gagal tanpa dibarengi rasa saling menghargai dan percaya dengan kemampuan masing-masing.
4. Disiplin
Faktor akhir dipengaruhi oleh tindakan dengan disiplin, yang sudah sewajarnya dimiliki setiap masing-masing individu dalam tim. Tidak hanya para anggota, tetapi pimpinan yang mengatur jalannya suatu pelaksanaan sasaran dan target harus disiplin.
Kepatuhan akan suatu aturan tidak boleh dilanggar begitu saja. Seandainya ada yang kurang tepat dapat didiskusikan. Tanpa disiplin maka setiap tindakan tidak membawa pada keberhasilan seperti tujuan terkait yang ingin dicapai.
Demikian pengertian coordinating atau koordinasi, lengkap dengan susunan yang membentuk suatu coordinating. Pengelolaan sebuah perusahaan dan organisasi tidak lepas dari koordinasi yang baik.
Pimpinan yang berperan dalam mengelola anggotanya patut memiliki dasar-dasar koordinasi. Ini bertujuan agar pelaksanaan sesuai target, sasaran, dan tujuan. Kemungkinan gagal akan terbuka lebar tanpa koordinasi yang sejalan dan harmonis.
Sejumlah indikator koordinasi bisa dipahami dengan benar sebelum kemudian menerapkannya. Mulai dari ketergantungan antar substansi, jenis-jenis koordinasi, hingga faktor keberhasilan suatu koordinasi.
Sekali lagi, suksesnya sebuah tujuan tidak berdiri sendiri. Dimana perlu koordinasi yang mencakup kesatuan tindakan, lalu komunikasi dan pembagian kerja serta kedisiplinan semua pihak terkait.