Sekolah bukan hanya sebagai tempat belajar bagi peserta didik, tapi juga lingkungan untuk membentuk karakter. Banyak interaksi yang timbul dan tidak jarang memunculkan masalah. Pada penjelasan ini akan diuraikan contoh masalah di sekolah beserta cara-cara menanganinya.
Sebagai institusi pendidikan, sekolah harus mampu menciptakan kegiatan belajar yang efektif. Tujuannya, agar semua peserta didik menunjukkan prestasi rekomendasinya. Namun karena adanya beberapa masalah yang dialami masing-masing siswa, tujuan tersebut mungkin saja terhambat.
9 Contoh Masalah di Sekolah dan Cara Mengatasinya
Masalah sosial di lingkungan sekolah, terjadi karena ketidaksesuaian unsur-unsur yang ada di dalamnya, terutama peserta didik dengan aturan berlaku. Bisa juga dilatarbelakangi oleh perbedaan kepentingan dan kondisi sosial seseorang. Berikut 10 contoh masalah yang sering terjadi:
1. Kesulitan Bergaul
Sulit beradaptasi termasuk ke dalam contoh masalah. Peserta didik yang mengalaminya akan kesulitan bergaul dan menemukan teman baru. Paling sering terjadi pada anak dengan pribadi tertutup.
Selain karena karakter introvert, sulit bergaul diakibatkan pula perasaan tidak nyaman berada di zona berbeda dari biasanya. Umumnya dirasakan oleh siswa baru. Meski begitu, tidak semua peserta didik mengalami kesulitan bergaul.
Bagi yang sulit adaptasi, masalah tersebut akan berdampak pada proses belajarnya di sekolah, terutama saat belajar kelompok. Karena itu, orang tua harus melatih anaknya bersosialisasi dengan kerabat maupun tetangga. Para guru pun perlu melakukan pendampingan.
2. Tidak Menghargai Teman Sekolah
Contoh masalah di sekolah yang juga umum terjadi, yaitu tidak menghargai sesama. Ini merupakan kendala yang tergolong sederhana. Namun jika dibiarkan, akan mengganggu kedamaian.
Tidak adanya rasa menghargai timbul karena faktor senoritas. Ada satu kelompok siswa yang merasa lebih unggul dan ditakuti oleh kelompok lain. Bisa juga diakibatkan rasa menguasai sebab mempunyai kedudukan ekonomi tinggi.
Jika masalah tersebut muncul, pihak sekolah harus mengambil peran. Perlu ditanamkan paham kesetaraan tanpa membedakan. Selain itu, ditekankan bahwa semua mempunyai posisi sama.
Baca juga: 10 Cara Menghargai Teman agar Dihormati Teman – Visitpare.com
3. Melawan dan Menghina Guru
Berbeda dari sebelumnya, contoh ketiga ini lebih kompleks dari pada tidak menghargai sesama siswa. Peserta didik yang berani melawan guru, bahkan menghinanya termasuk dalam masalah serius. Murid tersebut mungkin saja berada di tahap krisis etika.
Minimnya rasa menghormati kepada guru, bisa disebabkan karena tidak menyukai pengajar tersebut. Mungkin juga tidak terima ditegur saat melakukan kesalahan. Bukan hanya di dalam kelas, bahkan dapat berlanjut ke luar sekolah.
Meski begitu, bukan berarti siswa dalam masalah tersebut harus dijauhi. Teguran dan hukuman mungkin sudah membuatnya bebal. Perlu usaha lebih untuk memberikan bimbingan dan pendampingan.
4. Perselisihan
Banyak sekali contoh masalah di sekolah yang biasa terjadi, termasuk perselisihan. Ini merupakan kelanjutan dari krisis rasa menghargai antar sesama. Karena terus berlanjut, masing-masing peserta didik akan saling berselisih, hingga cekcok.
Pihak yang merasa hebat menjadi berselisih dengan kelompok siswa yang merasa dirugikan. Emosi menjadi tidak terkontrol, bahkan mungkin saja menyimpan dendam. Salah paham juga bisa menjadi salah satu penyebab perselisihan.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut, pihak sekolah harus lebih gencar menyuarakan kerukunan dan kedamaian. Sikap ramah dan baik terhadap sesama perlu kita giatkan. Bisa mengingatkannya dengan memasang poster dan rutin melakukan kontrol.
5. Perundungan (Bullying)
Contoh masalah di sekolah yang bisa masuk dalam kategori kekerasan adalah perundangan (bullying). Bukan hanya bully terhadap fisik, tapi juga psikis seseorang. Sampai sekarang pun, masalah ini masih menjadi perhatian utama.
Sama seperti masalah-masalah sebelumnya, awal mula timbulnya perundungan karena merasa superior. Siswa yang superior akan melakukan tindakan bullying kepada murid lain yang tidak mempunyai kemampuan melawan. Jika tidak kita acuhkan, masalah ini dapat menghilangkan kepercayaan diri orang yang di-bully.
Dua pihak yang harus kompak mencegah bully adalah orang tua dan guru. Para orang tua, perlu membangun komunikasi agar anaknya dapat leluasa bercerita. Sedangkan pihak sekolah, menanamkan paham bahwa tindakan yang termasuk bully adalah menyakiti, menghakimi, hingga menyebar desas-desus.
6. Merusak Fasilitas Sekolah
Contoh berikutnya yaitu merusak fasilitas yang ada di sekolah. Masalah tersebut timbul karena peserta didik belum memahami etika dan peraturan yang ada. Bisa karena unsur kesengajaan atau tidak.
Tindakan merusak fasilitas sekolah karena kesengajaan, contohnya mencoret bangku dan meja, hingga menaiki atau membantingnya. Sedangkan contoh ketidaksengajaan yaitu merusak alat praktikum di laboratorium karena belum paham cara menggunakannya. Contoh lain adalah ceroboh dan menyenggolnya sampai terjatuh.
Pihak sekolah harus memberikan teguran kepada siswa yang merusak fasilitas. Jika pelanggarannya berat, perlu juga ada hukuman. Tindakan lanjutannya yaitu mengedukasi bahwa fasilitas berada dalam penjagaan bersama.
7. Membuang Sampah Sembarangan
Siswa yang membuang sampah sembarangan adalah contoh masalah di sekolah yang sangat sering terjadi. Minimnya kesadaran menjaga kebersihan lingkungan sekolah adalah penyebab utamanya. Bisa juga karena para murid kurang disiplin.
Membuang sampah bukan pada tempatnya merupakan tindakan mengotori lingkungan sekolah. Apalagi jika bungkus makanan ringan disimpan di bawah meja kelas. Masalah tersebut dapat mengganggu kenyamanan peserta didik saat proses belajar.
Untuk mengatasi permasalahan ini, harus kita mulai dari masing-masing siswa dengan membiasakan diri membuang sampah di tempatnya. Setiap kelas harus ada satu tempat sampah dan seksi kebersihan. Memasang poster menjaga kebersihan juga menjadi pengingat yang tepat.
8. Menyontek Saat Ulangan
Contoh masalah di sekolah kedelapan yaitu menyontek saat ulangan. Penyebab utamanya adalah minimnya kejujuran dari peserta didik. Tidak adanya kedisiplinan turut mendukung tindakan buruk tersebut. Siswa yang jarang belajar akan merasa tidak percaya diri ketika mengerjakan soal.
Menyontek, ternyata juga bisa karena faktor eksternal. Contohnya yaitu tuntutan orang tua agar anaknya selalu mendapatkan nilai sempurna. Akibatnya adalah anak tersebut berusaha menjadi pribadi yang instan. Tidak memperhatikan kesulitannya dalam belajar dan memilih jalan pintas dengan menyontek.
Tindakan ini adalah masalah karena melahirkan pribadi siswa yang suka membohongi guru. Peserta didik juga tidak percaya dengan kemampuannya. Sebagai antisipasi, para guru dan orang tua harus mendukung usaha maksimal siswa dan memberikan pemahaman tentang kejujuran.
9. Bolos Sekolah
Setiap sekolah, pasti ada peserta didiknya yang mengalami masalah terakhir ini. Membolos atau bahkan tidak masuk tanpa keterangan merupakan perilaku buruk. Siswa bisa ketinggalan pelajaran dan tidak paham materi yang di sekolah.
Beragam faktor menjadi penyebab masalah ini. Salah satunya yaitu siswa belum paham bahwa untuk menunjang masa depan membutuhkan materi formal maupun nonformal. Ada pula murid yang bolos karena tidak suka dengan guru dan suasana belajarnya.
Untuk mengatasi masalah membolos, siswa harus kita beri bimbingan supaya minat belajarnya tetap terjaga. Teguran bisa diberikan agar jera. Kalau masih bolos, perlu adanya sanksi.
Itulah contoh masalah di sekolah yang dapat mengganggu proses belajar siswa. Penyebab dari timbulnya masalah ada faktor eksternal dan diri pribadi murid. Semuanya harus teratasi agar tidak membuat prestasi memburuk.
Cara mengatasi setiap masalah pun kita sesuaikan dengan karakter siswa. Jangan sampai setelah memberi sanksi malah membuatnya mogok untuk belajar. Selain dari guru, masalah bisa teratasi jika orang tua turut memberikan arahan.